VdBackground 01.jpg

Somalia, Negara Pertama tanpa Uang Kas

Print
Created on Friday, 05 March 2021 Last Updated on Thursday, 29 April 2021 Written by Phi-D


Pada tahun 2012, negara Somalia telah 5 (lima) kali berturut-turut menduduki tempat pertama dalam Indeks Negara Gagal (Failed States Index/FSI). Ini berarti negara itu dianggap sebagai negara tergagal dari 178 negara di dunia yang dinilai dalam penyusunan FSI. Negara Somalia seolah tidak memiliki pemerintahan yang berdaulat kuat sehingga tidak punya kuasa untuk mengendalikan rakyat di bawah otoritas negaranya sendiri. Bahkan, negara Somalia sulit membangun interaksi dengan negara lain sebagai bagian dari komunitas internasional.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan terpilihnya Somalia sebagai negara yang gagal adalah karena negara itu bagaikan tidak memiliki hukum dan kebijakan yang mengatur kehidupan masyarakat di negaranya, pemerintahan yang berkuasa tidak efektif dan tidak punya wibawa kekuasaan, terorisme menyebar luas, pemberontakan terus terjadi, kriminalitas merajalela, dan beragam aksi bajak laut mengganggu jalur pelayaran internasional di wilayah tersebut.

Kekuatan Bajak Laut

Perekonomian yang merosot sangat tajam di Somalia membuat rakyat Somalia mencari beragam aktivitas untuk bertahan hidup, walau itu mengharuskan mereka menghalalkan segala cara. Salah satu aktivitas paling mudah untuk mendapatkan uang banyak adalah bekerja sebagai bajak laut. Dan “pekerjaan” ini pun menarik minat banyak rakyat Somalia, sehingga kekuatan aktivitas bajak laut di Somalia berkembang begitu besar tanpa dapat dikendalikan lagi oleh pemerintah pusat Somalia.

Sebuah penelitian menemukan bahwa bajak-bajak laut pemula, tingkat rendah, sering mendapatkan bayaran sebesar $ 75.000 (atau sekitar Rp 1 milyar) per kapal. Dan bajak laut tingkat rendah ini biasanya sering disebut foot soldier, yang adalah “tentara bawahan” yang memiliki tugas-tugas penting tanpa memiliki otoritas untuk berpikir atau pun mengambil keputusan. Mereka inilah yang dikirim ke laut lepas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rendahan yang berisiko besar dan mempertaruhkan nyawa serta seringkali melakukan banyak tindakan kejam yang biadab dan menakutkan.

Pembajakan ini banyak dilakukan di daerah Tanduk Afrika, yang merupakan semenanjung di Afrika Timur yang menonjol ke Laut Arabia dan terletak di sepanjang bagian selatan Teluk Aden. Daerah ini meliputi Somalia, Djibouti, Ethiopia, Somaliland, dan Eritrea. Hasil bajak laut di daerah ini cukup mengesankan. Laman edition.cnn.com menyebutkan bahwa dalam periode 8 tahun saja  (sekitar April 2005 – Desember 2012), para bajak laut ini berhasil menarik uang sebesar $ 400 juta (atau sekitar Rp 6 triliun) sebagai hasil bayaran tebusan.

Itu sebabnya...
Gerakan bajak laut ini...
Pada akhirnya dinilai sebagai “bisnis” besar yang dimodali dan diorganisasi dengan baik dengan tujuan memutar ekonomi negara. Pemodal aktivitas bajak laut ini sering disebut sebagai “Gembong Uang (Money Kingpins)” dan memperoleh pembagian hasil sebesar 30 – 50% dari hasil total bajak laut.

Sisanya akan digunakan untuk bervariasi kebutuhan negara tersebut. Sebagian kecil memang digunakan untuk membiayai kembali operasional bajak laut. Tetapi ada juga yang disalurkan untuk membangun perumahan, pabrik dan bisnis resmi untuk beragam produk dan jasa di negera Somalia. Dan sebagian lainnya digunakan untuk bisnis narkoba dan prostitusi. Untuk mendapatkan gambaran tentang “bisnis” hebat para bajak laut ini, silakan lihat infografik dari The World Bank pada tautan Aktivitas Perjalanan Bajak Laut.

Mmm...
Cukup unik juga.
Setiap negara memang punya kebijakan dan cara berpikir yang berbeda-beda dalam membangun dan mempertahankan ekonomi negara [Baca juga: Variasi Cara Berpikir Manusia]. Tetapi cara-cara yang terlihat cukup liar dalam memutar ekonomi, dan tanpa disertai strategi ekonomi jangka panjang, malahan telah membuat negara Somalia menjadi negara yang paling ringkih dalam tingkat kemakmuran masyarakatnya.

Padahal...
Secara wisata...
Negara ini sangat menarik dengan berbagai destinasi wisata yang dihasilkan otak-otak kreatif masyarakatnya seperti dipromosikan oleh salah satu laman wisata TribunTravel  pada tahun 2018.

Kehancuran Mata Uang

Iklim ekonomi yang sangat buruk memicu kemiskinan rakyat. Ketidak-stabilan sistem pemerintahan pun menjadikan Somalia tidak dapat menetapkan nilai mata uangnya. Kesalahan strategi untuk mencoba memutar perekonomian negara, malahan membuat mata uang terlalu berlimpah dan kehilangan nilai yang stabil. Namun kondisi-kondisi ini malahan menimbulkan daya tarik tersendiri bagi negara Somalia.

Hanya di Somalia...
Anda dapat merasakan
sensasi seperti Gober Bebek.

Anda bisa punya
uang sangat banyak.

Anda dapat bebas
berjalan-jalan dengan "aman"
walau membawa uang satu gerobak.



Anda dapat merasakannya...
HANYA di Somalia Afrika...

Di negara ini...
Anda dapat merasakan
sensasi menjadi orang
zuper kaya dengan
uang satu gerobak.

Menjadi miliarder
Hanya dalam waktu singkat.

Silakan lihat tautan video ini yang diunggah oleh laman DailyMotion untuk mendapatkan gambaran kondisi Somalia pada tahun 2015 yang memberikan keunikan budaya dan wisata tersendiri untuk berbelanja uang di pasar buah dengan jumlah satu gerobak penuh di artikel Money Exchange Market in Somalia.

Strategi Penyelamatan dengan Ekonomi Digital

Keadaan yang terlihat kacau ini terjadi dikarenakan nilai mata uang Somalia mengalami masalah besar dan berada di titik kehancuran [Baca juga bahwa mata uang Somalia kehilangan nilai di: Kala Uang dan Sayur Bernilai Sama: Menjual Uang di Pasar]. Itu sebabnya, sistem mata uangnya perlu diperbaiki untuk menyelamatkan perekonomian. Cukup menarik juga memahami mata uang ya. Karena memang nilai mata uang dapat rusak akibat rakyat, masyarakat dan penggunanya yang tidak bertanggung jawab. Tetapi nilai itu dapat meningkat valuasinya karena digunakan dengan cara bermartabat, strategi penggunaan yang tepat oleh para tokoh politik yang mempromosikan mata uangnya dalam diplomasi bisnis antar negara, serta tingkat kepercayaan dunia terhadap mata uang tersebut.

Itu sebabnya...
Pada akhirnya...
Ketidak-stabilan mata uang inilah yang memicu negara Somalia menjadi salah satu negara paling terdepan dalam membuat inovasi mata uang mobile pertama di dunia. Dan seperti bisnis pada umumnya, negara Somalia pun sedang gencar mencari investor untuk mengembangkan dan memperlancar kembali perekonomian negaranya.

Mmm...
Ternyata...
Masalah itu memang sering kali melahirkan inovasi untuk mengembangkan segala hal ke arah yang lebih baik [Baca juga: Masalah adalah Hadiah yang Terindah].

Itu sebabnya...
Apakah Anda pun tertarik dalam pengembangan mata uang digital sebagai inovasi mata uang yang lebih fleksibel dan stabil dalam dunia digital?

[Baca selanjutnya: Kala Uang dan Sayur Bernilai Sama: Menjual Uang di Pasar].

Referensi artikel: SOS Somali Shilling (© www.xe.com) | Why FinTech is transforming Somalia  (© blogs.lse.ac.uk) | Somalia banking sector playing catch up with mobile money  (© furtherafrica.com) | African pirates use millions of dollars in ransom on drugs, real estate, prostitutes (© edition.cnn.com) | The surprising place where cash is going extinct (© www.bbc.com) | Somalis’ Money Is Lifeline for Homeland (© www.nytimes.com) | Somalia Months Away From Having New Currency (© www.voanews.com)

Artikel ini ditulis sebagai salah satu materi ajar dalam el-Science, Sistem Pendidikan Modern (www.eldadido.com)

Hits: 825