VdBackground 01.jpg

Kala Uang dan Sayur Bernilai Sama: Menjual Uang di Pasar

Print
Created on Friday, 05 March 2021 Last Updated on Thursday, 29 April 2021 Written by Phi-D


Ilmu ekonomi tradisional mendefinisikan uang sebagai alat tukar yang diterima secara umum di kalangan manusia dari semua lapisan golongan. Dan berdasarkan ilmu tersebut, bentuk uang di suatu daerah dapat berbeda-beda, dan ini bergantung sepenuhnya pada penerimaan masyarakat yang terlibat dalam proses pertukaran barang dan jasa.

Itu sebabnya...
pada masa-masa awal...
bentuk uang dapat bervariasi...
ada yang berbentuk koin, kertas, logam, kayu, garam, kerang, cangkang binatang, dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, uang dalam bentuk logam berupa emas dan perak, ternyata yang paling banyak diminati karena lebih tahan lama, bernilai tinggi, mudah dipecah-pecah (dilebur) tanpa mengurangi nilai.

Dan seraya perekonomian berkembang, uang logam dinilai sulit digunakan sebagai alat tukar dalam banyak transaksi berjumlah besar sehingga dimunculkanlah surat berharga sebagai bukti otentik kepemilikan emas dan perak dalam jumlah besar. Dan surat berharga inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya uang kertas yang memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan uang logam dalam bentuk emas dan perak.

Peranan Uang

Dalam bahasa yang lebih sederhana, uang adalah sesuatu yang diperoleh sebagai hasil dari menjual sesuatu dan dapat digunakan kembali untuk membeli sesuatu dalam bentuk barang dan jasa. Penggunaannya pun dapat dilakukan dengan cara yang mudah karena uang memiliki nilai yang terukur dalam satuan hitungnya.

Kemudahan penggunaan uang dalam berbagai transaksi membuat uang pun pada akhirnya menjadi alat tukar untuk transaksi antar individu atau pun antar negara. Proses inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu penopang perekonomian dalam suatu wilayah atau pun dalam satu negara.

Selain digunakan sebagai transaksi, uang pun dapat didepositokan atau disimpan sebagai investasi. Saat jumlah uang yang diinvestasikan semakin banyak, maka perekonomian seorang individu atau suatu negara akan tercukupi atau memiliki standar kemakmuran.

Uang Bagai Pedang Bermata Dua

Pedang bermata dua dapat diarahkan dengan tajam ke segala sisi. Dan uang pun memiliki keunggulan yang sama, dapat diarahkan dan digunakan untuk beragam hal. Dan karena punya dua sisi, uang pun dapat diarahkan ke hal yang baik, atau pun hal yang buruk.

Saat diarahkan untuk tujuan baik, uang pun akan memiliki manfaat besar dan memberikan banyak bantuan. Tetapi saat salah arah, salah strategi, salah penggunaan, maka uang dapat menghancurkan nilai seorang individu atau pun suatu negara.

Itu sebabnya...
Setiap individu..
Seluruh negara di dunia
Harus memiliki cara pandang yang benar tentang uang serta beragam strategi yang jitu untuk memanfaatkan penggunaan uang dalam kehidupan. Misalnya, suatu negara atau pemerintahan seringkali mencetak uang kertas dan membuat koin dengan standar nilai tertentu untuk membuat perekonomian negaranya berputar dengan baik. Saat terjadi kesalahan strategi, maka jumlah uang dapat melimpah, tetapi itu malahan membuatnya kehilangan nilai, seperti yang terjadi pada tahun 2013 di negara Somalia.

Uang Dapat Kehilangan Nilai

Sebuah mata uang, dapat kehilangan nilai jika negara salah menetapkan kebijakan atau pun jika seorang pemimpin negara gagal memimpin rakyatnya. Saat rakyat dari negara Somalia menjadi semakin liar, pemimpin negara tidak punya kekuatan untuk mengatur strategi untuk melindungi rakyatnya. Dan saat perekonomian mulai merosot, negara ini malah terus mencetak uang untuk memutar perekonomian.

Pada akhirnya...
Jumlah uang yang beredar di masyarakat begitu berlimpah. Dan ini pun membuat nilai mata uang jadi terus merosot dan kehilangan nilai yang sesungguhnya.

Perang sipil yang terus terjadi di negara ini membuat rakyat hidup dalam kesulitan dan tidak dapat melakukan pekerjaan atau pun perdagangan. Rakyat yang butuh pekerjaan pada akhirnya bergabung dengan berbagai gerakan bajak laut hanya agar dapat menyambung kehidupan.

Hal inilah yang kemudian membuat gerakan bajak laut di wilayah Somalia menjadi tidak terkendali. Ada beragam organisasi masyarakat yang kuat bahkan tokoh masyarakat pengambil kebijakan di Somalia yang sepenuhnya didukung oleh para bajak laut. Bahkan banyak bisnis dan investasi untuk pemasok barang dan jasa di Somalia juga ditopang oleh kegiatan bajak laut. Semua hal ini turut memperkeruh keadaan di Somalia dan terus membuat keadaan negara itu semakin terpuruk. Karena para bajak laut di Somalia ini memberlakukan “Hukum Rimba”, yaitu siapa yang kuat, maka dia adalah penguasanya.

Para bajak laut ini memperoleh uang berlimpah dalam satuan dollar Amerika. Hal ini membuat mata uang dollar Amerika malah dijadikan patokan nilai yang berharga sebagai mata uang di Somalia, tanpa dapat dikendalikan lagi oleh negara. Hal-hal inilah yang kemudian secara langsung membunuh perekonomian negara Somalia.

Akhirnya...
Shiling Somalia...
mata uang resmi Somalia
semakin terperosok karena uang yang lebih berharga di Somalia adalah dolar Amerika [Baca juga: Somalia, Negara Pertama tanpa Uang Kas]. Dan uang pun dijual seperti halnya sayuran dan buah-buahan di pasar tradisional seperti terlihat pada gambar yang diunggah oleh laman berita VOA tanggal 6 Oktober 2017 di bawah ini.


 
Wisatawan yang berkunjung ke Somalia dapat menukar uang untuk kebutuhan hidup di Somalia bukan di bank, tetapi di pasar rakyat dengan harga yang sangat murah. Dengan beberapa dolar Amerika saja, seorang turis dapat memiliki uang sebanyak 1 (satu) gerobak penuh seperti terlihat dari jepretan foto karya Matthew Vickery yang diunggah oleh laman BBC tanggal 13 September 2017 di bawah ini.

 

Bahkan karena nilai Shilling Somalia yang sangat kecil, seorang wisatawan yang “berbelanja” uang di pasar dalam jumlah yang besar, seringkali mendapatkan bonus beberapa gepok uang Shilling Somalia.

Mmm...
Ternyata...
Mengendalikan uang tidak semudah yang dibayangkan. Ada beragam strategi dan kebijakan yang harus dibuat agar nilai mata uang di suatu negara tidak hancur dan rusak. Bahkan cara pandang masyarakat, tingkat kepercayaan rakyat, atau pun sumbangsih suatu negara pada dunia pun dapat menentukan tingkat dan valuasi nilai suatu mata uang di suatu negara.

Akan tetapi...
Kadang-kadang...
Masalah itu malahan membuat keberanian dan mental yang lebih tangguh untuk bertindak melakukan penyelamatan [Baca juga: Masalah adalah Hadiah yang Terindah].

Itu sebabnya...
Kekacauan ekonomi Somalia
Malah membuat negara ini cukup berani membuat keputusan untuk mengubah mata uang fisik menjadi mata uang digital. Rakyat Somalia menjadi masyarakat pertama di bumi yang menggunakan mata uang digital secara murni, tanpa lagi menggunakan mata uang fisik.

Hal ini disebabkan karena mata uang fisik bergerak lambat dalam perekonomian Somalia yang kacau. Dan saat menggunakan mata uang digital, tidak ada uang fisik yang dapat ditransfer, tidak ada kartu kredit, semua transaksi dapat dilakukan secara leluasa melalui telepon genggam selular rakyat Somalia.

Waaaah...
Cukup membanggakan bukan?
Walau hidup dalam kekacauan dan kebingungan, tetapi Somalia dapat dengan bangga menyatakan bahwa negara itu adalah negara pertama yang menggunakan transaksi dan pembayaran tanpa mata uang fisik sama sekali.

[Baca selanjutnya: Somalia, Negara Pertama tanpa Uang Kas]

Referensi artikel:  SOS Somali Shilling (© www.xe.com) | Why FinTech is transforming Somalia  (© blogs.lse.ac.uk) | Somalia banking sector playing catch up with mobile money  (© furtherafrica.com) | The surprising place where cash is going extinct (© www.bbc.com)

Artikel ini ditulis sebagai salah satu materi ajar dalam el-Science, Sistem Pendidikan Modern (www.eldadido.com)

Hits: 1035