VdBackground 02  .jpg

Kekambuhan Skizofrenia

Print
Created on Friday, 19 August 2011 Last Updated on Thursday, 03 April 2014

 
Kekambuhan gangguan jiwa pisikotik adalah munculnya kembali gejala-gejala pisikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS), lamanya dan perjalanan penyakit. Penderita-penderita yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial, (Porkony dkk, 1993).

Porkony dkk (1993), melaporkan bahwa 49% penderita Skizofrenia mengalami rawat ulang setelah follow up selama 1 tahun, sedangkan penderita-penderita non-Skizofrenia hanya 28%.
Solomon dkk (1994), melaporkan bahwa dalam waktu 6 bulan pasca rawat didapatkan 30%-40% penderita mengalami kekambuhan, sedangkan setelah 1 tahun pasca rawat 40%-50% penderita mengalami kekambuhan, dari setelah 3-5 tahun pasca rawat didapatkan 65%-75% penderita mengalami kekambuhan, (Porkony dkk, 1993).

Penderita dengan skizofrenia dapat mengalami remisi dan kekambuhan, mereka dapat dalam waktu yang lama tidak muncul gejala, maka skizofrenia sering disebut dengan penyakit kronik, karena itu perlu mendapatkan perhatian medis yang sama, seperti juga individu-individu yang menderita penyakit kronik lainnya seperti hipertensi dan diabetes mellitus.

Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress, (cybermed.cbn.net.id).

Menurut Sullinger, 1988 ada 4 (empat) faktor penyebab penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, diantaranya adalah sebagai berikut:

Penderita
Sudah umum diketahui bahwa penderita yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur (Appleton, 1982, dikutip oleh Sullinger, 1988).

Dokter
Makan obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.

Penanggung jawab penderita
Setelah penderita pulang ke rumah maka pihak rumah sakit tetap bertanggung jawab atas program adaptasi penderita di rumah.

Keluarga
Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu penderita juga mudah dipengaruhi oleh stres yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga penderita dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stres. Cara terapi bisanya: mengumpulkan semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru kepada penderita ganguan jiwa, memfasilitasi untuk menemukan situasi dan pengalaman baru bagi penderita.

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya adalah menjadi ragu-ragu dan serba takut, tidak nafsu makan, sukar konsentrasi, sulit tidur, depresi, tidak ada minat serta menarik diri, (Iyus, 2007).

Untuk dapat hidup dalam masyarakat, maka penderita skizofrenia perlu mempelajari kembali keterampilan sosial. Penderita-penderita yang baru keluar dari RS memerlukan pelayanan dari masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan diri dan menyatu dalam masyarakat. Tingginya angka rehospitalisasi merupakan tanda kegagalan dalam sistem masyarakat. Penderita kronis di dalam masyarakat membutuhkan dukungan hidup yang dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Beberapa penderita tetap dapat mengalami kekambuhan meskipun mereka mendapatkan pelayanan pasca rawat (after care services) pada instansi-instansi.
Lin, dkk (1982) melaporkan bahwa 36% dari penderita skizofrenia yang tinggal di panti setelah perawatan di RS tetap mengalami kekambuhan, (Porkony dkk, 1993).

Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia

Sullivan mengemukakan teori psikodinamika skizofrenia berdasarkan perjalanan-perjalanan klinik, di mana pusat dari psikopatologinya adalah gangguan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses terjadinya skizofrenia. Pernyataan ini juga berlaku sebaliknya, lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses penyembuhan skizofrenia. Sebab, dikatakan oleh Sullivan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari kumpulan pengalaman-pengalaman traumatis dalam hubungannya dengan lingkungan selama masa perkembangan individu (Kaplan dan Sadock, 2003).

Titik berat penelitian-penelitian tentang dukungan sosial keluarga dan gangguan psikotik terutama skizofrenia adalah pada efek yang menghapuskan hubungan traumatik sendiri seperti pernyataan emosi, rasa kebersamaan yang semu, mencari kambing hitam dan keterikatan ganda. Aspek-aspek dukungan sosial keluarga terdiri dari empat aspek yaitu aspek informatif, aspek emosional dan aspek penilaian atau penghargaan serta aspek instrumental, sebagaimana yang dikatakan oleh House dan Kahn (1995) tersebut di atas di titik beratkan pada besar dan padatnya jaringan kerja sosial, misalnya hubungan dengan keluarga dan sifat-sifat hubungan sebelumnya, (Breier & Strauss, 1994).

Hal ini menunjukkan bahwa kuat lemahnya dukungan sosial keluarga terhadap penderita berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan skizofrenia. Semakin kuat dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin cepat tingkat kesembuhan skizofrenia. Sebaliknya semakin lemah dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin lama tingkat kesembuhan skizofrenia. Demikian juga halnya dengan kekambuhan skizofrenia, terkait dengan kuat lemahnya dukungan sosial keluarga.
Didapatkan 12 fungsi hubungan sosial dan 2 fase kebutuhan sosial yang penting selama periode penyembuhan (Breier & Strauss, 1994). Fungsi-fungsi yang menolong dalam hubungan sosial tersebut adalah:

  1. Ventilasi
  2. Tes realita, untuk menilai kemampuan penderita di dalam membedakan realita
  3. Berbagai dukungan sosial, terutama dari keluarga
  4. Persetujuan dan perpaduan sosial terutama keluarga dan lingkungan dekatnya, di mana penderita ingin diterima kembali dalam lingkungan sosialnya dan mengharapkan hubungan dengan orang-orang yang dikenalnya sebelum ia masuk RS.
  5. Motivasi
  6. Pembentukan, di mana penderita mencontoh tingkah laku orang lain untuk meningkatkan fungsi sosialnya.
  7. Pengawasan gejala
  8. Pemecahan masalah
  9. Pengertian yang empatik
  10. Saling memberi dan menerima
  11. Insight.

Fase kebutuhan sosial adalah:

  1. Fase penyembuhan, penderita sangat membutuhkan perhatian dari keluarganya karena tidak dapat mandiri, fungsi hubungan sosial yang digunakan di sini adalah macam dukungan dan ventilasi.
  2. Fase pembentukan kembali
    Fungsi hubungan sosial yang digunakan adalah motivasi, saling memberi dan menerima, pengawasan gejala. 12 fungsi hubungan sosial dan 2 fase kebutuhan sosial yang penting selama periode penyembuhan (Breier dan Strauss, 1994) tersebut sangat erat kaitannya dengan dukungan sosial keluarga.

Pemberian obat antipsikotik dapat mengurangi resiko kekambuhan, tetapi obat-obatan tersebut tidak dapat mengajarkan tentang kehidupan dan keterampilan meskipun dapat memperbaiki kualitas hidup penderita melalui penekanan gejala-gejala. Pengajaran kehidupan dan keterampilan sosial hanya mungkin didapat penderita melalui dukungan sosial keluarga. Dari penelitian didapat bahwa 45% penderita skizofrenia yang mendapat pengobatan antipsikotik akan mengalami kekambuhan dalam waktu 1 tahun pasca rawat, sedangkan penderita yang diberi plasebo 70% kambuh, (Kaplan dan Sadock , 2003).

Hal ini berarti pengobatan skizofrenia harus dilakukan dengan cara interaksi multidimensional. Gejala-gejala dan ketidakmampuan sosial serta ketidakmampuan individual yang di tunjukkan merupakan hasil dari benturan-benturan yang dialami dalam kehidupan. Angka kekambuhan dalam waktu 1 tahun pasca rawat pada penderita skizofrenia yang mendapat latihan keterampilan sosial adalah 20%, penderita yang mendapat pengobatan antipsikotik 41% dan 19% penderita yang pada keluarga diberikan psikoedukasi.

Penderita yang mendapat latihan keterampilan sosial, obat antipsikotik dan psikoedukasi keluarga dilaporkan tidak ada yang kambuh, (Kaplan dan Sadock, 2003).

Lihat juga:
Tentang Skizofrenia
Penyebab Skizofrenia
Gejala Skizofrenia
Jenis-jenis Skizofrenia
Diagnosis Skizofrenia
Bantuan bagi Penderita Skizofrenia
Pengobatan Skizofrenia
Kekambuhan Skizofrenia

Disadur dari berbagai sumber (www.psikologizone.com  |  id.wikipedia.org   |  ababar.blogspot.com  |  forumsains.com)

Hits: 11136